Tentang Saya

Foto saya
Berdo'a dan bekerja keras....!!! Insya Allah cita-cita kita tercapai.

Rabu, 06 Januari 2010

Encanched Oil Recovery berdasarkan Fluida Mechanism Analysis


Sebelum menginjak pada EOR, maka ada baiknya dipahami bahasan tentang teknik reservoir. Di dalam eksplorasi maupun eksploitasi sangat memerlukan hal ini, yang dapat mengubah ke arah maksimum dari reservoir. Awal dari program reservoar didesain untuk mendapatkan minyak secara optimal dengan biaya yang seminimal mungkin dengan mendayagunakan reservoar sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Program recovery dipengaruhi oleh ukuran reservoir, ketebalan, tipe dari mekanisme drive-nya dan bagaimana tekanan reservoir dihemat untuk menjadikan recovery yang maksimum. Pada dasarnya definisi Enhanced Oil Recovery adalah suatu metode peningkatan perolehan minyak bumi dengan cara menginjeksikan material atau bahan lain ke dalam reservoir (Lake, 1989 dalam I Wayan Aris Widarmayana, 1979). Metode ini dikenal dengan nama Tertiary Recovery yang dapat dibedakan menjadi dua kategori , yaitu tahap perolehan kedua (secondary recovery) dan tahap perolehan ketiga (tertiary recovery). Metode EOR ini dilakukan setelah tahap perolehan pertama (primary recovery) tidak mampu lagi mengambil secara optimal sisa minyak yang terdapat di dalam batuan reservoir. Proses pada EOR ini meliputi beberapa prinsip yang umumnya melibatkan karakter minyak dan interaksinya terhadap batuan dan air yang terdapat di sekelilingnya. Proses-proses tersebut termasuk pengurangan gaya tegangsn sntar muka, emulsifikasi minyak dan air, pengurangsn viskositas driving fluid dan oil oveling (William, D.B., 1993, dalam IWayan Widarmayana, 1997).Seandainya yang digunakan adalah metode recovery berupa waterflood, perubahan sifat wettability akan menyebabkan perubahan efisiensi perolehan minyak. Salah satu cara untuk mengetahui pengaruh wettability terhadap efisiensi perolehan minyak adalah dengan tes waterflood. Adapun prosedur dari tes waterflood pada core adalah sebagai berikut :• Menjenuhi core dengan air formasi untuk menentukan permeabilita core terhadap air formasi.• Mengalirkan minyak ke dalam core sampai kejenuhan minyak awal (Soi) mencapai 70 % - 80 % serta produksi air formasi berakhir.• Mengalirkan air formasi dengan tekanan tetap (50 psi, untuk mencegah terjadinya end-effects ).• Menghitung permeabilitas relatif.Di dalam aplikasi secara langsung, wettability digunakan untuk menentukan teknik perolehan minyak sekunder ataupun tersier melalui injeksi ke dalam reservoir. Pada batuan yang bersifat water-wet seharusnya menggunakan teknik waterflooding, sedangkan batuan yang bersifat oil-wet sebaiknya menggunakan teknik stem flooding. Adapun sifat-sifat reservoir pada kodisi awal diperlukannya recovery kedua antara lain :- Kejenuhsn minyak dalam lubang rendah.- Vikositas dari minyak tinggi.- Formasi volume factor pada minyak rendah.- Tegangan permukaan pada minyak tinggi.- Tegangan antar muka antara minyak dan air tinggi.- Awal perbedaan tekanan atau distribusi kejenuhan yang berhubungan dengan sifat alami batuan.Rendahnya kejenuhan minyak disebabkan oleh kejenuhan gas yang bebas semakin tinggi, kenaikan dari viskositas minyak menyebabkan hilangnya mobilitas minyak dan mengurangi kejenuhan minyak. Sedangkan untuk injeksi air atau gas perlu memperhatikan Model Hysterisis. Hal ini dikarenakan perpindahan minyak oleh air atau gas yang dialirkan adalah kombinasi dari imbibisi dan proses drainase yang terjadi dalam tiga fase aliran. Kunci mekanisme dalam meningkatkan efisiensi penyapuan atau dalam profile flooding control adalah proses terjebaknya gas dalam reservoir. Dalam reservoir water wet dan reservoir yang adanya mixed wettability, jebakan fase nonwetting oleh tekanan kapiler mengurangi pemisahan gas. Pada waktu yang sama, sisa minyak setelah waterflooding dapat dipindahkan oleh proses entrapment (adanya penjebakan hidrokarbon setempat-setempat atau dikontinuitas dari pendesakan saat injeksi fluida tidak maksimal).Peningkatan perolehan minyak dapat dicapai jika aliran gas tepat pada reservoir tertentu yang diinjeksi, dalam selang seling diisi dengan air. Kejenuhan gas yang lebih tinggi ditujukan ada proses waterflooding, jumlah yang banyak dari gas yang dijebak ke atas dalam jumlah pasti yang dicirikan pada macam-macam property yang diberikan reservoir. Jadi volume gas injeksi yang tersimpan dalam alur perpindahan seharusnya lebih dari cukup untuk membentuk kejenuhan gas yang digunakan untuk alur injeksi air berikutnya. Daftar PustakaAris Widaryamana , I.W., 1997, Karya Skripsi : Pengaruh Tekstur dan Komposisi Mineral Batupasir Sebagai Batuan Reservoar Terhadap Unjuk Kerja Pendeakan Minyak Dalam Rangka Enhanced Oil Recovery, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universtas Gadjah Mada, Yogyakarta. EOR/General Petroleum Engineering, 1992, Capilarry Pressure and Initial Water Saturation, Chevron Formation Evaluation Seminar, Laguna Beach, California.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar